Renzomme

We Are Renzo and Omme

4/06/2012

Penalti Ketika Bola TIdak Dimainkan



Menonton pertandingan sepakbola, atau pertandingan apa pun, Anda tentu akan melihat sejumlah pelanggaran yang tidak diberi hukuman. Sudah menjadi rahasia umum dia setiap liga, ada sebuah peraturan tidak tertulis yang berbunyi: secara umum diterima bahwan sentuhan sedikit saja kepada kiper menghasilkan tendangan bebas untuk tim bertahan. Tapi bagi seorang penyerang, tidak cukup hanya dengan sentuhan di area terlarang yang menghasilkan tendangan penalti: selalu memerlukan lebih dari sekadar pelanggaran, untuk membuat sebuah keputusan yang dapat mengubah permainan.

Menurut pandangan Clark Whitney dari GOAL.com, hal berbeda terjadi di laga krusial antara Barcelona yang menjamu AC Milan di perempat-final leg kedua Liga Champions di Camp Nou, Selasa (3/4) malam.

Wasit Bjorn Kuipers bertindak "menyimpang" dari kode yang biasa dimainkan pesepakbola setiap pekan, di mana dia memberikan penalti kedua kepada Blaugrana yang dianggap kontroversi. Bagaimana kejadiannya? Alessandro Nesta menarik kaus Sergio Busquets saat sepak pojok dilakukan tim tuan rumah.

Kontak tersebut terjadi tidak berdekatan dengan bola dan bisa diasumsikan Busquets tidak memiliki peluang memberikan dampak dalam sepak pojok tersebut tersebut. Di saat bersamaan, Carles Puyol juga bergerak ke depan Nesta, menciptakan kontak yang seharusnya bisa berbuah pelanggaran untuk Blaugrana.

Tapi, apakah Puyol bersalah atas kontak tersebut atau Busquets memiliki peluang menjangkau bola keduanya tidak relevan. Terkait dengan keputusan ini terdapat beberapa kebenaran yang tidak dapat dibantah pemirsa sepakbola di seluruh dunia.

Pertama, menarik kaus di dalam kotak penalti biasa terjadi di hampir setiap sepak pojok di setiap pertandingan. Dan di seluruh liga Eropa, kejadian seperti itu mendapat hukuman mungkin hanya beberapa kali dalam satu musim.

Kedua, menarik kaus, berdasarkan peraturan pertandingan adalah sebuah pelanggaran. Dan jika itu dilakukan di luar kotak penalti, sulit menyangkal insiden seperti yang melibatkan Nesta dan Busquets akan membuahkan tendangan bebas.

Tapi pada akhirnya, dan yang terpenting, sepakbola di seluruh dunia -tanpa memperhatikan fans mana- harus sepakat, bahwa peraturan pertandingan harus ditegakkan. Menarik kaus, berdasarkan peraturan, adalah sebuah tindakan ofensif dengan pelanggaran.

Tapi, sama seperti hukum publik, peraturan sepakbola adalah sebuah petunjuk yang hanya diberikan atas hasil keputusan sebelumnya. Dengan ribuan tendangan sudut di mana sering terjadi penarikan kaus tapi tidak ada penalti yang diberikan, maka Milan dan fans mereka bisa merasa menjadi korban. Kebenaran yang tidak mengenakkan dalam sepakbola adalah wasit didorong membuat vonis secara instan. Dan salam sepakbola, tidak ada banding untuk kejadian seperti itu.


Pertandingan ini bukan soal pemain di lapangan. Ini memalukan. Saya tak percaya dia menunjuk penalti ketika bola tidak dimainkan. Sepertinya Uefa ingin dua tim tertentu di final Liga Champions. Sekarang saya mengerti bagaimana perasaan Jose Mourinho setiap kali datang ke Camp Nou
- Zlatan Ibrahimovic

Ada tempat dan waktu di mana bisa membuat perubahan agar peraturan ditegakkan. Tapi, bukan saat perempat-final Liga Champions, terutama di sebuah pertandingan di mana satu gol saja bisa memutuskan hasil akhir dari dua laga. Hanya beberapa menit sebelum turun minum, Milan unggul gol tandang berkat kedudukan 1-1, dan meski Barcelona masih menjadi favorit di 45 menit laga sisa, hadiah penalti yang dikonversi dengan baik oleh Lionel Messi menjadi pukulan yang mengubah momentum pertandingan.

Jika Uefa berharap mengubah aplikasi peraturan pertandingan, satu-satunya cara yang layak dan bertanggung jawab adalah membuat pengumuman resmi sebelum kompetisi dimulai. Para pemain berhak mengetahui bagaimana mereka akan dianalisis.

Keputusan Kuipers ini menjadi bayangan suram di tengah laga terbesar pekan ini. Milan memiliki hak untuk memprotes keputusan tersebut. Bahkan Zlatan Ibrahimovic berkoar: "Pertandingan ini bukan soal pemain di lapangan. Ini memalukan. Saya tak percaya dia menunjuk penalti ketika bola tidak dimainkan. Sepertinya Uefa ingin dua tim tertentu di final Liga Champions. Sekarang saya paham bagaimana persaan Jose Morinho setiap kali dia datang ke Camp Nou."

Sementara itu, harus diakui Barcelona tampil bagus andai tidak dirusak dengan tudingan konspirasi dan keberuntungan. Sayang, meski mencapai rekor lima kali semi-final secara beruntun, seluruh komentar usai pertandingan tidak jauh-jauh dari soal penalti yang melibatkan Nesta.

Bagi fans, hadiah penalti yang diberikan Kuipers sebuah tragedi. Karena, apakah mereka pro-Milan, pro-Barca atau netral, penonton jadi melupakan esensi dari apa yang seharusnya menjadi sejarah.

0 comments:

Post a Comment